MAKALAH
ANTARA PENGAJAR DAN PEMBELAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia
pendidikan, khususnya dalam KBM, guru merupakan salah satu sarana dalam
tercapainya kesuksesan KBM tersebut, karena guru adalah yang menyampaikan ilmu
terhadap peserta didik. Selain itu guru adalahi motivator, inisiator,
pembimbing terhadap peserta didik, sehingga peran guru dalam dunia pendidikan
sangatlah penting.
Tugas utama
seorang guru bukan hanya sekedar mengajar saja, akan tetapi juga sebagai
pendidik dan pembelajar. Ketiga istilah tersebut memang seolah sama, karena
sama-sama tugas seorang guru guna memberikan ilmu kepada peserta didik. Akan
tetapi ada perbedaan antara ketiganya.
Dalam makalah
ini akan sedikit memaparkan tentang hakikat guru, prinsip dan gaya mengajar
guru, serta tentang perbedaab antara pengajar, pendidik dan pembelajar.
Semoga makalah
ini bisa bermanfaat bagi pemakalah juga pembaca dan memberikan ilmu baru yang
semoga bermanfaat untuk bekal mengajar nanti.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hakikat Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang
memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, menanamkan nilai dan sikap kepada anak
didik agar memiliki kepribadian yang paripurna. Kemudian dengan ilmu yang
dimilikinya, guru membimbing anak didik dalam megembangkan potensinya.
Perbedaan karakter yang dimiliki oleh guru akan menimbulkan perbedaan cara mengajar
di kelas yang bervariasi.[1]
Guru adalah orang yang memberikan
ilmu pengetahuan kepada anak didik. Dalam pandangan masyarakat, guru adalah
orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di
lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, mushola, rumah, dan
sebagainya.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggungjawab untuk
membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di
sekolah maupun luar sekolah.[2]
B.
Peran dan Fungsi Guru dalam Proses Pembelajaran
Dalam konsep pendidikan tradisional
Islam, posisi guru begitu terhormat, sehingga guru dituntut juga beramal shalih
sebagai aktualisasi dari keilmuan yang dimiliki. Tanggungjawab mengajar nya
tidak hanya untuk di dunia saja, akan tetapi sampai dengan di akhirat juga akan
dimintai pertanggungjawaban.
Seiring perkembangan zaman, peran
dan posisi guru semakin menyusut dan menghadapi tantangan yang semakin berat di
tengah perkembangan zaman. Sehingga guru harus semakin kompeten dan
meningkatkan profesionalitasnya.[3]
Adapun peran dan fungsi guru dalam
proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.
Guru
sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi
bagi peserta didik dan lingkungan.
Fungsi: Mengembangkan kepribadian, membimbing, membina budi pekerti
dan memberikan pengarahan.
2.
Guru
sebagai Pengajar
Membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari
sesuatu yang belum diketahuinya.
Fungsi: Menyampaikan ilmu, melatih dan memberi petunjuk, merancang
pengajaran, melaksanakan pengajaran, dan lain sebagainya.
3.
Guru
sebagai Pelatih
Berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapkannya dalam kehidupan
demi masa depan anak didik.
Fungsi: Mengembangkan potensi peserta didik dengan memberikan
latihan-latihan tertentu.
4.
Guru
sebagai Pembimbing
Membantu mengarahkan proses pembelajaran yang berupa perkembangan
perjalanan fisik dan mental spiritual peserta didik.
Fungsi: Mewujudkan disiplin, memberikan
petunjuk atau bimbingan tentang gaya pembelajaran siswa,memberikan latihan dan
sebagainya.
5.
Guru
sebagai Penasehat
Artinya memberikan layanan (konseling) kepada peserta didik, agar
mereka dapat memahami dirinya.
Fungsi: Guru menjadi motivator dan agar peserta didik menjadi lebih
giat dalam belajar serta dapat memahami diri mereka.
6.
Guru
sebagai Pembaharu (inovator)
Artinya pengalaman masa lalu yang dialami oleh guru akan membawa
makna yang sangat berarti bagi peserta didik. [4]
Fungsi: melakukan aktivitas kreatif, menemukan strategi, metode,
cara, dan konsep baru.
7.
Guru
sebagai Model dan Teladan
Guru menjadi teladan bagi peserta didik, jika guru salah menyampaikan
pelajaran, peserta didik dapat meniru apa yang dikatannya.
Fungsi: Guru menjadi teladan dan model
bagi peserta didik dalam berperilaku kehidupan sehari-hari.
8.
Guru
sebagai Pendorong Kreativitas
Dalam arti kecenderungan menciptakan, membangkitkan kesadaran ke
arah sesuatu yang baru, tidak melakukan sesuatu yang secara rutin saja.
Fungsi: Memotivasi peserta didik untuk menciptakan sesuatu yang
baru dan mengasah kreativitas mereka.
9.
Guru
sebagai Evaluator
Mampu melakukan pengukuran terhadap peserta didik, tidak hanya
penilaian kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotor.[5]
Fungsi: Menyusun instrumen penilaian dengan bebrbagai jenis dan
menilai pekerjaan siswa.
10.
Guru
sebagai Fasilitator
Peran guru adalah memfasilitasi dan membantu proses pembelajaran.
Fungsi: Memberi bantuan teknis dan mengarahkan.[6]
Secara garis besar, peran dan fungsi
guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai peletak dasar nilai-nilai
akhlakul karimah, penanam benih ilmu pengetahuan, penyemangat hidup anak didik,
dan dinamisator-stabilisator jiwa peserta didik (menstabilkan peserta didik).
C.
Prinsip Mengajar
1.
Perhatian
Dengan adanya potensi-potensi negatif yang sering muncul dari siswa
dalam KBM, karena gangguan fisik dan psikis, apalagi dengan materi yang monoton
dan bersifat pengulangan, kemudian penggunaan metode yang kurang menarik dan
masalah lainnya maka akan mengurangi konsentrasi dari siswa dan akan mengganggu
proses KBM. Oleh karena itu guru harus berusaha memberi dan merangsang
perhatian peserta didik, dengan cara yang arif dan mengedepankan aspek
humanistik, keramahan, penghormatan, dan lain sebagainya..
2.
Adanya
aktivitas
Proses pendidikan mengedepankan aspek mumunculkan
aktivitas-kreativitas peserta didik dalam merespon materi ajar berupa bertanya
(bersifat analisis, penajaman materi), mendebat (diskusi), mengerjakan tugas
secara mandiri, bertanggungjawab, semangat dan memunculkan pemikiran baru
(prospektif) terhadap materi yang diajarkan.
3.
Appersepsi
Untuk memudahkan pemahaman antara materi ajar dengan potensi
pemahaman yang dimiliki peserta didik, langkah yang ditempuh diantaranya adalah
menumbuhkan konsep appersepsi, yaitu menghubungkan antara materi ajar dengan
pengalaman keseharian peserta didik.
4.
Peragaan
Dalam konsep pendidikan dikenal dengan media pembelajaran yakni
sebuah langkah yang dilakukan oleh pendidik dihadapan peserta didik berupa
bahan-bahan yang dapat mempermudah pemahaman dengan bentuk konkrit.
5.
Repetisi
Pengulangan (repetisi) materi ajar dengan tujuan mereview (mengulang
kembali) daya ingat peserta didik dengan materi yang telah diajarkan. Agar
tidak membosankan maka dilakukan dengan cara yang menarik, inovatif dan
lai-lain.
6.
Korelasi
Hubungan (korelasi) dalam konsep prinsip pendidikan diharapkan agar
peserta didik dapat menghubungkan teori yang bersifat (normatif-abstrak) dengan
realitas hidup sehari-hari, sehingga memudahkan peserta didik dalam menerima
materi ajar.
7.
Konsentrasi
Sebuah langkah agar teori-abstrak yang diberikan kepada peserta
didik dapat dicerna dalam kurun waktu lama, tidak spontanitas, dan berkesinambungan.
Karena materi ajar yang diberikan kepada siswa akan selalu berhubungan erat
dengan materi sepanjang pengetahuan-pembelajaran. Maka langkah yang
dikedepankan adalah mewajibkan pendidik agar mengkonsentrasikan peserta didik
dengan cara mengevaluasi secara periodik dan berkesinambungan.
8.
Sosialisasi
Yaitu mengedepankan praktek berbaur antar-peserta didik,sehingga
menimbulkan rasa kasih sayang antarsesama.
9.
Individualisasi
Pendidik diharuskan memahami kondisi individu peserta didik mulai
dari latar belakang keluarga, karakter keluarga, karakter anak didik, bahkan
karakter masyarakat sekitar anak didik.
10.
Evaluasi
Dengan evaluasi individual diharapkan mampu membidik sejauh mana
kadar pribadi peserta didik mampu menyerap materi ajar.
D.
Gaya Mengajar/Pembelajaran
1.
Gaya
Klasik
Gaya pembelajaran yang memberikan materi berdasarkan target bukan
karena aminat peserta didik, sehingga materi yang disajikan hendaknya bermuatan
hal populer agar disukai peserta didik. Gaya ini kurang menarik karena posisi
pendidik sangat dominan.
2.
Gaya
Teknologis
Gaya yang mengedepankan aspek isi atau materi pembelajaran dengan
sentuhan teknologi. Peran pendidik adalah sebagai pemandu (guide),
pengarah (directur) dan pemberi kemudahan (fasilitator).
3.
Gaya
personalisasi
Merupakan bentuk komunikasi dalam proses pembelajaran yang
mengedepankan aspek minat siswa, sehingga keberadaan pendidik sebagi narasumber
(resource person) dalam proses pembelajaran.
4.
Gaya
Interaksionalisasi
Gaya yang mengedepankan model interaksi-dialog antara peserta didik
dengan pendidik, materi yang disajikanpun seputar hal-hal yang kontemporer.[7]
E.
Pengajar, Pendidik dan Pembelajar
Secara tegas pasal 1 ayat (1)
Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 merinci tugas utama guru sebagai
pendidik profesional meliputi mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik khususnya pada pendidikan
formal di semua jenjang.
Tugas utama guru dapat dibedakan
menjadi tiga kegiatan, yaitu mendidik, mengajar dan membelajarkan. Dengan kata
lain guru profesional harus berperan sebagai pendidik, pengajar dan pembelajar.
Mendidik merupakan kegiatan puncak yang dilakukan oleh
guru sebagai pendidik.
Mendidik adalah usaha melakukan
internalisasi nilai sesuai dengan ilmu yang ditransformasikan dalam kegiatan
mengajar. Hasil kegiatan mendidik itulah yang membedakan pola pikir dan cara
pandang siswa tentang sesuatu.[8]
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. (UU No. 20
Tahun 2003, Pasal 30 (2)).[9]
Pembelajaran merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh guru dalam memotivasi dan memfasilitasi peserta didik agar
dapat melakukan kegiatan belajar. Peran guru di sini lebih sebagai motivator
dan fasilitator untuk menciptakan suasana yang kondusif. Hubungan guru dan
murid bersifat horizontal, sehingga guru dapat berperan sebagai mitra belajar.
Pembelajar bermakna bahwa guru harus senantiasa belajar untuk mendapatkan
pengetahuan baru dan mengembangkannya menjadi sebuah telaah yang hangat
sekaligus sebagai penopang proses pembelajaran.
Pengajar adalah istilah umum untuk seorang ahli yang berprofesi sebagai
guru, pendidik, dosen, instruktur pelatih, fasilitator.
Mengajar adalah kegiatan
mentransfer ilmu pengetahuan oleh guru kepada peserta didik dengan menggunakan
berbagai pendekatan, strategi, metode, mulai dari perencanaan sampai evaluasi.
Kompetensi pendukung utama yang diperlukan adalah kompetensi pedagogik dan
profesional, tapi bukan berarti kompetensi kepribadian dan sosial tidak
diperlukan.
Kinerja mengajar tidak hanya
ditinjau dari bagaimana pengajar tersebut menjelaskan isi pelajaran. Ia harus
tahu bagaimana menghadapi peserta didik dan membantu memecahkan masalah.
Walaupun pembelajaran memiliki pengertian yang mirip
dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam
konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan
menguasai isi pelajaran hingga mencapai suatu objektif yang ditentukan (aspek
kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta
ketrampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran
ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar
saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar
dengan peserta didik.[10]
Adapun paradigma mengajar dan pembelajaran
adalah sebagai berikut:
1.
Paradigma
Mengajar
Paradigma mengajar merupakan paradigma tertua yang menjadikan guru
atau pengajar sebagai tokoh sentral dalam PBM. Dalam hal ini keberhasilan
peserta didik bertumpu pada kemampuan dan kehadiran pengajar. Paradigma
mengajar menyebabkan sikap ketergantungan peserta didik atas kehadiran
pengajar. Pengajar sangat dominan, acuan kegiatan belajar mengajar adalah
profesi pengajar yang menyampaikan dan menjelaskan materi. Seiring dengan kemajuan teknologi, paradigma
ini secara perlahan mulai ditinggalkan.
2.
Paradigma
Pembelajaran
Dalam KBM, peserta didik menjadi fokus perhatian, pengajar hanyalah
salah satu faktor eksternal pembelajaran.
Konsep sistem diterapkan dalam paradigma pembelajaran ini untuk
menganalisis keberhasilan atau kegagalan KBM. Analisis dilakukan untuk
menentukan komponen mana yang mengalami hambatan serta bagaimana
menyelesaikannya. Penerapan konsep sistem berdampak pada pengembangan PBM yang
lebih dinamis, yaitu menerapkan interaksi antara peserta didik, penggunaan
media dan penilaian acuan patokan.
Pengajar
merupakan salah satu faktor eksternal belajar. Peran pengajar dalam paradigma
pembelajaran menjadi beragam. Ia tidak hanya menjadi menyaji, tetapi ia adalah
komunikator yang harus menyampaikan materi ajar sesuai dengan kaidah komunikasi.
Ia menjadi pengatur serta pengembang kegiatan belajar di kelas, merancang
seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran. Perannya tidak akan tergantikan oleh
teknologi secanggih apapun. Karena interaksi dan pelajaran sikap tidak mungkin
disampaikan oleh teknologi. [11]
BAB
III
PENUTUP
Dari beberapa peran dan fungsi guru, seperti membimbing, memimpin,
memfasilitasi, mengasah kreativitas peserta didik dan lainnya, terdapat tiga
tugas utama dari guru, yaitu mengajar, mendidik dan membelajarkan.
Dalam merancang pembelajaran ataupun dalam proses KBM,
maasing-masing guru menggunakan gaya dan metode yang berbeda-beda sesuai dengan
kebutuhan siswa dan sesuai kreativitas guru masing-masing.
Dalam mengajar, guru harus profesional dan memiliki prinsip-prinsip
tertentu agar dapat menunjang keberhasilan KBM dan siswa dapat menerima
pelajaran dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Asriel, Zainal.
2011. Micro Teaching. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Djamaroh,
Syaiful Bahri. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fathurrohman,
Pupuh dan M. Sobri Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Mulyasa, E.
2006. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Naim, Ngainun.
2009. Menjadi guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prawiradilaga,
Dewi Salma. 2009. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media
Group.
Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi Buku 1.
Jakarta: Salemba Empat.
Rosyid, Moh. .
2007. Guru. Kudus: STAIN KUDUS PRESS.
[1] Pupuh
Fathurrohman dan M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung:
PT. Refika Aditama, 2009, hlm. 43.
[2] Syaiful
Bahri Djamaroh, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 2000, hlm. 31-32.
[3] Ngainun
Naim, Menjadi guru Inspiratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hlm.
5.
[4] E.
Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm. 37-40.
[5] Zainal
Asriel, Micro Teaching, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011, hlm.
11-12.
[6] Moh.
Rosyid, Guru, Kudus: STAIN KUDUS PRESS, 2007, hlm. 92
[7] Moh.
Rosyid, ..... , hlm. 153-154
[9] http://wakhinuddin.wordpress.com/2010/01/23/pengertian-pendidik-dan-tenaga-kependidikan/
[10]Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba
Empat, 2007, hal. 69-79.
[11] Dewi
Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media
Group, 2009, hlm. 3-6.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar