Kamis, 25 Juli 2013

ANTARA PENGAJAR DAN PEMBELAJAR



MAKALAH
ANTARA PENGAJAR DAN PEMBELAJAR

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan, khususnya dalam KBM, guru merupakan salah satu sarana dalam tercapainya kesuksesan KBM tersebut, karena guru adalah yang menyampaikan ilmu terhadap peserta didik. Selain itu guru adalahi motivator, inisiator, pembimbing terhadap peserta didik, sehingga peran guru dalam dunia pendidikan sangatlah penting.
Tugas utama seorang guru bukan hanya sekedar mengajar saja, akan tetapi juga sebagai pendidik dan pembelajar. Ketiga istilah tersebut memang seolah sama, karena sama-sama tugas seorang guru guna memberikan ilmu kepada peserta didik. Akan tetapi ada perbedaan antara ketiganya.
Dalam makalah ini akan sedikit memaparkan tentang hakikat guru, prinsip dan gaya mengajar guru, serta tentang perbedaab antara pengajar, pendidik dan pembelajar.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pemakalah juga pembaca dan memberikan ilmu baru yang semoga bermanfaat untuk bekal mengajar nanti.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat Guru
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan, menanamkan nilai dan sikap kepada anak didik agar memiliki kepribadian yang paripurna. Kemudian dengan ilmu yang dimilikinya, guru membimbing anak didik dalam megembangkan potensinya. Perbedaan karakter yang dimiliki oleh guru akan menimbulkan perbedaan cara mengajar di kelas yang bervariasi.[1]
Guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Dalam pandangan masyarakat, guru adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, mushola, rumah, dan sebagainya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggungjawab untuk membimbing dan membina anak didik, baik secara individual maupun klasikal, di sekolah maupun luar sekolah.[2]

B.     Peran dan Fungsi Guru dalam Proses Pembelajaran
Dalam konsep pendidikan tradisional Islam, posisi guru begitu terhormat, sehingga guru dituntut juga beramal shalih sebagai aktualisasi dari keilmuan yang dimiliki. Tanggungjawab mengajar nya tidak hanya untuk di dunia saja, akan tetapi sampai dengan di akhirat juga akan dimintai pertanggungjawaban.
Seiring perkembangan zaman, peran dan posisi guru semakin menyusut dan menghadapi tantangan yang semakin berat di tengah perkembangan zaman. Sehingga guru harus semakin kompeten dan meningkatkan profesionalitasnya.[3]
Adapun peran dan fungsi guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.      Guru sebagai Pendidik
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta didik dan lingkungan.
Fungsi: Mengembangkan kepribadian, membimbing, membina budi pekerti dan memberikan pengarahan.
2.      Guru sebagai Pengajar
Membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya.
Fungsi: Menyampaikan ilmu, melatih dan memberi petunjuk, merancang pengajaran, melaksanakan pengajaran, dan lain sebagainya.
3.      Guru sebagai Pelatih
Berarti mengembangkan ketrampilan dan menerapkannya dalam kehidupan demi masa depan anak didik.
Fungsi: Mengembangkan potensi peserta didik dengan memberikan latihan-latihan tertentu.
4.      Guru sebagai Pembimbing
Membantu mengarahkan proses pembelajaran yang berupa perkembangan perjalanan fisik dan mental spiritual peserta didik.
      Fungsi: Mewujudkan disiplin, memberikan petunjuk atau bimbingan tentang gaya pembelajaran siswa,memberikan latihan dan sebagainya.
5.      Guru sebagai Penasehat
Artinya memberikan layanan (konseling) kepada peserta didik, agar mereka dapat memahami dirinya.
Fungsi: Guru menjadi motivator dan agar peserta didik menjadi lebih giat dalam belajar serta dapat memahami diri mereka.
6.      Guru sebagai Pembaharu (inovator)
Artinya pengalaman masa lalu yang dialami oleh guru akan membawa makna yang sangat berarti bagi peserta didik. [4]
Fungsi: melakukan aktivitas kreatif, menemukan strategi, metode, cara, dan konsep baru.
7.      Guru sebagai Model dan Teladan
Guru menjadi teladan bagi peserta didik, jika guru salah menyampaikan pelajaran, peserta didik dapat meniru apa yang dikatannya.
      Fungsi: Guru menjadi teladan dan model bagi peserta didik dalam berperilaku kehidupan sehari-hari.
8.      Guru sebagai Pendorong Kreativitas
Dalam arti kecenderungan menciptakan, membangkitkan kesadaran ke arah sesuatu yang baru, tidak melakukan sesuatu yang secara rutin saja.
Fungsi: Memotivasi peserta didik untuk menciptakan sesuatu yang baru dan mengasah kreativitas mereka.
9.      Guru sebagai Evaluator
Mampu melakukan pengukuran terhadap peserta didik, tidak hanya penilaian kognitif, tetapi juga afektif dan psikomotor.[5]
Fungsi: Menyusun instrumen penilaian dengan bebrbagai jenis dan menilai pekerjaan siswa.
10.  Guru sebagai Fasilitator
Peran guru adalah memfasilitasi dan membantu proses pembelajaran.
Fungsi: Memberi bantuan teknis dan mengarahkan.[6]
Secara garis besar, peran dan fungsi guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai peletak dasar nilai-nilai akhlakul karimah, penanam benih ilmu pengetahuan, penyemangat hidup anak didik, dan dinamisator-stabilisator jiwa peserta didik (menstabilkan peserta didik).

C.    Prinsip Mengajar
1.      Perhatian
Dengan adanya potensi-potensi negatif yang sering muncul dari siswa dalam KBM, karena gangguan fisik dan psikis, apalagi dengan materi yang monoton dan bersifat pengulangan, kemudian penggunaan metode yang kurang menarik dan masalah lainnya maka akan mengurangi konsentrasi dari siswa dan akan mengganggu proses KBM. Oleh karena itu guru harus berusaha memberi dan merangsang perhatian peserta didik, dengan cara yang arif dan mengedepankan aspek humanistik, keramahan, penghormatan, dan lain sebagainya..
2.      Adanya aktivitas
Proses pendidikan mengedepankan aspek mumunculkan aktivitas-kreativitas peserta didik dalam merespon materi ajar berupa bertanya (bersifat analisis, penajaman materi), mendebat (diskusi), mengerjakan tugas secara mandiri, bertanggungjawab, semangat dan memunculkan pemikiran baru (prospektif) terhadap materi yang diajarkan.
3.      Appersepsi
Untuk memudahkan pemahaman antara materi ajar dengan potensi pemahaman yang dimiliki peserta didik, langkah yang ditempuh diantaranya adalah menumbuhkan konsep appersepsi, yaitu menghubungkan antara materi ajar dengan pengalaman keseharian peserta didik.
4.      Peragaan
Dalam konsep pendidikan dikenal dengan media pembelajaran yakni sebuah langkah yang dilakukan oleh pendidik dihadapan peserta didik berupa bahan-bahan yang dapat mempermudah pemahaman dengan bentuk konkrit.
5.      Repetisi
Pengulangan (repetisi) materi ajar dengan tujuan mereview (mengulang kembali) daya ingat peserta didik dengan materi yang telah diajarkan. Agar tidak membosankan maka dilakukan dengan cara yang menarik, inovatif dan lai-lain.
6.      Korelasi
Hubungan (korelasi) dalam konsep prinsip pendidikan diharapkan agar peserta didik dapat menghubungkan teori yang bersifat (normatif-abstrak) dengan realitas hidup sehari-hari, sehingga memudahkan peserta didik dalam menerima materi ajar.
7.      Konsentrasi
Sebuah langkah agar teori-abstrak yang diberikan kepada peserta didik dapat dicerna dalam kurun waktu lama, tidak spontanitas, dan berkesinambungan. Karena materi ajar yang diberikan kepada siswa akan selalu berhubungan erat dengan materi sepanjang pengetahuan-pembelajaran. Maka langkah yang dikedepankan adalah mewajibkan pendidik agar mengkonsentrasikan peserta didik dengan cara mengevaluasi secara periodik dan berkesinambungan.
8.      Sosialisasi
Yaitu mengedepankan praktek berbaur antar-peserta didik,sehingga menimbulkan rasa kasih sayang antarsesama.
9.      Individualisasi
Pendidik diharuskan memahami kondisi individu peserta didik mulai dari latar belakang keluarga, karakter keluarga, karakter anak didik, bahkan karakter masyarakat sekitar anak didik.
10.  Evaluasi
Dengan evaluasi individual diharapkan mampu membidik sejauh mana kadar pribadi peserta didik mampu menyerap materi ajar.

D.    Gaya Mengajar/Pembelajaran
1.      Gaya Klasik
Gaya pembelajaran yang memberikan materi berdasarkan target bukan karena aminat peserta didik, sehingga materi yang disajikan hendaknya bermuatan hal populer agar disukai peserta didik. Gaya ini kurang menarik karena posisi pendidik sangat dominan.
2.      Gaya Teknologis
Gaya yang mengedepankan aspek isi atau materi pembelajaran dengan sentuhan teknologi. Peran pendidik adalah sebagai pemandu (guide), pengarah (directur) dan pemberi kemudahan (fasilitator).
3.      Gaya personalisasi
Merupakan bentuk komunikasi dalam proses pembelajaran yang mengedepankan aspek minat siswa, sehingga keberadaan pendidik sebagi narasumber (resource person) dalam proses pembelajaran.
4.      Gaya Interaksionalisasi
Gaya yang mengedepankan model interaksi-dialog antara peserta didik dengan pendidik, materi yang disajikanpun seputar hal-hal yang kontemporer.[7]

E.     Pengajar, Pendidik dan Pembelajar
Secara tegas pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 merinci tugas utama guru sebagai pendidik profesional meliputi mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik khususnya pada pendidikan formal di semua jenjang.
Tugas utama guru dapat dibedakan menjadi tiga kegiatan, yaitu mendidik, mengajar dan membelajarkan. Dengan kata lain guru profesional harus berperan sebagai pendidik, pengajar dan pembelajar.
Mendidik merupakan kegiatan puncak yang dilakukan oleh guru sebagai pendidik.
Mendidik adalah usaha melakukan internalisasi nilai sesuai dengan ilmu yang ditransformasikan dalam kegiatan mengajar. Hasil kegiatan mendidik itulah yang membedakan pola pikir dan cara pandang siswa tentang sesuatu.[8]
Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. (UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 30 (2)).[9]
Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam memotivasi dan memfasilitasi peserta didik agar dapat melakukan kegiatan belajar. Peran guru di sini lebih sebagai motivator dan fasilitator untuk menciptakan suasana yang kondusif. Hubungan guru dan murid bersifat horizontal, sehingga guru dapat berperan sebagai mitra belajar.
Pembelajar bermakna bahwa guru harus senantiasa belajar untuk mendapatkan pengetahuan baru dan mengembangkannya menjadi sebuah telaah yang hangat sekaligus sebagai penopang proses pembelajaran.
Pengajar adalah istilah umum untuk seorang ahli yang berprofesi sebagai guru, pendidik, dosen, instruktur pelatih, fasilitator.
Mengajar adalah kegiatan mentransfer ilmu pengetahuan oleh guru kepada peserta didik dengan menggunakan berbagai pendekatan, strategi, metode, mulai dari perencanaan sampai evaluasi. Kompetensi pendukung utama yang diperlukan adalah kompetensi pedagogik dan profesional, tapi bukan berarti kompetensi kepribadian dan sosial tidak diperlukan.
Kinerja mengajar tidak hanya ditinjau dari bagaimana pengajar tersebut menjelaskan isi pelajaran. Ia harus tahu bagaimana menghadapi peserta didik dan membantu memecahkan masalah.
Walaupun pembelajaran memiliki pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai suatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat mempengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta ketrampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.[10]
Adapun paradigma mengajar dan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.      Paradigma Mengajar
Paradigma mengajar merupakan paradigma tertua yang menjadikan guru atau pengajar sebagai tokoh sentral dalam PBM. Dalam hal ini keberhasilan peserta didik bertumpu pada kemampuan dan kehadiran pengajar. Paradigma mengajar menyebabkan sikap ketergantungan peserta didik atas kehadiran pengajar. Pengajar sangat dominan, acuan kegiatan belajar mengajar adalah profesi pengajar yang menyampaikan dan menjelaskan materi. Seiring dengan kemajuan teknologi, paradigma ini secara perlahan mulai ditinggalkan.
2.      Paradigma Pembelajaran
Dalam KBM, peserta didik menjadi fokus perhatian, pengajar hanyalah salah satu faktor eksternal pembelajaran.
Konsep sistem diterapkan dalam paradigma pembelajaran ini untuk menganalisis keberhasilan atau kegagalan KBM. Analisis dilakukan untuk menentukan komponen mana yang mengalami hambatan serta bagaimana menyelesaikannya. Penerapan konsep sistem berdampak pada pengembangan PBM yang lebih dinamis, yaitu menerapkan interaksi antara peserta didik, penggunaan media dan penilaian acuan patokan.
Pengajar merupakan salah satu faktor eksternal belajar. Peran pengajar dalam paradigma pembelajaran menjadi beragam. Ia tidak hanya menjadi menyaji, tetapi ia adalah komunikator yang harus menyampaikan materi ajar sesuai dengan kaidah komunikasi. Ia menjadi pengatur serta pengembang kegiatan belajar di kelas, merancang seluruh kegiatan belajar dan pembelajaran. Perannya tidak akan tergantikan oleh teknologi secanggih apapun. Karena interaksi dan pelajaran sikap tidak mungkin disampaikan oleh teknologi. [11]


BAB III
PENUTUP
Dari beberapa peran dan fungsi guru, seperti membimbing, memimpin, memfasilitasi, mengasah kreativitas peserta didik dan lainnya, terdapat tiga tugas utama dari guru, yaitu mengajar, mendidik dan membelajarkan.
Dalam merancang pembelajaran ataupun dalam proses KBM, maasing-masing guru menggunakan gaya dan metode yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan siswa dan sesuai kreativitas guru masing-masing.
Dalam mengajar, guru harus profesional dan memiliki prinsip-prinsip tertentu agar dapat menunjang keberhasilan KBM dan siswa dapat menerima pelajaran dengan baik.


DAFTAR PUSTAKA
Asriel, Zainal. 2011. Micro Teaching. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Djamaroh, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobri Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Refika Aditama.
Mulyasa, E. 2006. Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Naim, Ngainun. 2009. Menjadi guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Prawiradilaga, Dewi Salma. 2009. Prinsip Disain Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Robbins,  Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Rosyid, Moh. . 2007. Guru. Kudus: STAIN KUDUS PRESS.


[1] Pupuh Fathurrohman dan M. Sobri Sutikno, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: PT. Refika Aditama, 2009, hlm. 43.
[2] Syaiful Bahri Djamaroh, Guru dan anak didik dalam interaksi edukatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000, hlm. 31-32.
[3] Ngainun Naim, Menjadi guru Inspiratif, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009, hlm. 5.
[4] E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional (Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan), Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm. 37-40.
[5] Zainal Asriel, Micro Teaching, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011, hlm. 11-12.
[6] Moh. Rosyid, Guru, Kudus: STAIN KUDUS PRESS, 2007, hlm. 92
[7] Moh. Rosyid, ..... , hlm. 153-154
[8] http://blog.elearning.unesa.ac.id/tag/perbedaan-mengajar-memdidik-dan-membelajarkan/16/02/2012.
[9] http://wakhinuddin.wordpress.com/2010/01/23/pengertian-pendidik-dan-tenaga-kependidikan/
[10]Stephen P. Robbins,  Perilaku Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat, 2007, hal. 69-79.
[11] Dewi Salma Prawiradilaga, Prinsip Disain Pembelajaran, Jakarta: Prenada Media Group, 2009, hlm. 3-6.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar